Tahun 1814, di sebuah tempat yang saat itu merupakan sebuah kawasan hutan sekaligus perbukitan di sebuah wilayah bernama Bumisegoro. Seorang Gubernur Jendral Inggris untuk wilayah Jawa, Thomas Sfamford Raffles. Dia tertarik dengan seni dan sejarah Jawa. Sang Gubernur, berdasarkan informasi yang dia terima dari bawahannya, memutuskan untuk menggali perbukitan yang diduga menyimpan sebuah bangunan tua bersejarah.
Dua abad berikutnya, pada tahun 2012. Pada bulan Juni, di sebuah sore, ketika langit mulai berusaha mendekap matahari, ketika burung-burung beterbangan pulang menuju ke sarangnya. Ketika jutaan orang di Indonesia pulang kerja. Ketika jari jemari, terutama jempol menulis status. Seseorang yang sangat menyukai sejarah bangsa Indonesia. Sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Raffles. Dari sebuah bukit di pegunungan Menoreh dengan ketinggian 1000 m lebih di atas permukaan laut. Terlihat olehnya sebuah bangunan persegi empat yang tampak kecil.
“Maaf Paman, bangunan apakah itu?.”
Dengan sopan dia bertanya kepada seorang bapak setengah baya yang memakai kopiah dan baju batik yang baru saja lewat di belakangnya.
“Nakmas, itu adalah sebuah candi.”
Sang bapak tampak kaget. Tak siap rupanya dia ditanya. Tapi akhirnya dia berhenti sambil ikut menatap ke arah sebuah tempat yang ditunjuk oleh orang itu. Dan akhirnya mengangguk sambil tersenyum.
“Siapakah yang membuatnya paman?”, kata orang itu. Tapi pertanyaan ini dalam kenyataannya tidak terjadi, karena sang bapak sudah tidak lagi berada di tempat, dia sudah berjalan di kesunyian. Hilang di ujung jalan.
Orang itu kembali menatap ke arah bangunan persegi empat. Dia duduk bersila. Dalam gerakan yang sulit diikuti oleh mata, tiba-tiba dia dia melesat turun. Hinggap di antara pepohonan. Sepasang burung yang hinggap di dahan pohon cemara yang sejak tadi memperhatikan orang itu, tampak kaget ketika tiba-tiba orang itu sudah berada di dekatnya.
“Aku mohon pamit, kawan”, kata orang itu kepada sepasang burung itu.
“Silah…..”,
Belum selesai sepasang burung itu menjawab. Orang itu sudah lenyap, menyisakan desiran angin.
Tujuan orang itu adalah menuju ke Candi yang berjarak sekitar 10 km dari puncak para dewa tersebut. Dilihat dari gerakannya, orang tersebut memiliki ilmu Bayu Bajra tingkat tinggi.
Beberapa kali dia hinggap di atas ranting pohon, Tiba di tepi sungai Progo, sejenak dia berjongkok, dengan menggunakan dua tangannya dia mengambil air sekedar untuk mecuci muka. Dan tak berapa lama dia pun melesat lagi ke arah candi.
Dia berhenti sejenak di atas sebuah pohon yang berukuran cukup besar. Puncak candi tampak semakin jelas, sementara di depannya terhampar padi di sawah yang tampak menghijau. Kembali dia melesat, kali ini dia menggunakan hamparan padi sebagai tumpuan loncatan.
Kemudian dia memijakkan kakinya pada sebuah atap gubug di tengah sawah, dengan sekali loncat dia sudah berada di puncak candi.
Dia menatap ke bawah. Ternyata ada banyak turis asing yang datang berkunjung. Dia juga melihat beberapa orang Satpam juga tampak sibuk berjaga dan melayani pertanyaan dari para pengunjung.
“Masuk, ke area seperti ini biasanya harus membayar.”
Bisiknya dalam hati. Jika dia masuk tanpa membayar, berarti dia sudah berlaku curang kepada negara. Jika dia masuk lokasi wisata dengan gratis. Apa bedanya dengan koruptor.
Lalu pandangannya menatap ke arah di mana wisatawan berdatangan.
“Pasti itu pintu masuknya”.
Dengan sekali loncat dia sudah sampai di area parkir candi. Tidak ada orang yang melihatnya. Pandangannya menyapu ke beberapa tempat, tampak olehnya banyak papan bertuliskan Candi Borobudur. Tak salah lagi inilah Candi yang ditemukan oleh Raffles. Nama Candi Borobudur tertulis pertama kali dalam buku History Of Java. Maka Raffles pulalah yang memberi nama Candi Borobudur.
Dia berjalan kaki mendekati loket. Dari saku dompetnya dia mengeluarkan uang tiga puluh ribu rupiah. Sekejap, uang itu sudah berpindah tangan ke kasir loket, sementara di tangannya sudah tergenggam tiket masuk.
Dia sudah tiba di kawasan candi.
Sepi, karena sudah agak sore
Wisatawan domestik
Wisatawan lokal
Pedagang souvenir
Mushola
Taman
tapi ada juga sampah yang dibuang sembarangan
dan terutama...
Bangunan Tua itu..
Monumen bernama Borobudur