Siang itu, di sebuah bangjo yang terletak di jalan R. Suprapto, Purwodadi. Hah apa itu bangjo?. Bangjo adalah makanan khas purwodadi. Ha ha bukan ding. Saya maklum jika kalian tidak tahu. Semaklum saya dengan para koruptor yang tak henti-hentinya korupsi. Saya maklum terutama bagi kalian yang tidak tinggal di Jawa Tengah, pasti tidak tahu apa itu bangjo?. Apalagi jika kalian tinggal di Jabotabek, apalagi bagi kalian yang tinggal di Bali, di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Malaysia, Singapura, Mekah, New York, Canberra. Mungkin kalian semua mengira bangjo adalah abang penjual bubur kacang ijo atau abang Joe atau abang penjual kolor ijo. Salah semua, bangjo yang saya maksud bukan itu.
Perlu saya jelaskan, soalnya ada beberapa kasus salah paham yang menimpa para pendatang ketika kebingungan pada saat mencarai arah.
"Mas, arah menuju ke purwodadi mana ya?", Seorang pendatang dengan logat Jakarta bertanya.
" Kalau mas mau ke Purwodadi, lurus terus, nanti ketemu bangjo trus belok kanan?"
Pernah kan mengalami hal tersebut. Bagi kalian yang pernah mengalami kejadian seperti dialog di atas tentu kebingungan dan mungkin akan menghujani dengan pertanyaan lanjutan, misalnya, bangjo itu apa ya mas?. Nah baiklah saya jelaskan Bangjo artinya abang ijo. Abang adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang artinya merah, sedangkan ijo artinya hijau. Jadi maksud dari bangjo adalah Merah Hijau atau bahasa nasionalnya adalah Lampu Merah. Atau lampu pengatur lalu lintas yang biasanya ada di perempatan atau pertigaan. Sudah paham ya?.
Kalau sudah paham, saya akan bercerita tentang kejadian ketika berhenti di bangjo jalan R. Suprapto Purwodadi.
Siang itu saya mengendarai sepeda motor dari arah Simpang lima menuju ke arah Grobogan dengan kecepatan yaah kira-kira 250 km/ jam. Cuiiittttt ciuuuuut. Bunyi rem sepeda motor saya, tepat di depan Gerai Telkomsel saya berhenti karena di situ ada perempatan bangjo. Dan kebetulan lampu merah sedang menyala. Sekencang-kencangnya saya naik motor tetap harus berhenti. Meskipun tidak ada Pak Polisi. Meskipun tidak ada kamera pengintai. Warga negara yang baik memang harus begitu.
[caption id="attachment_1260" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi lampu merah"][/caption]
Saya berhenti. Sementara di samping kiri saya sepeda motor merk Yamaha, lalu saya menoleh ke kanan, ada motor merk Honda. Di sebelahnya ada mobil merk Toyota. Kemudian saya menoleh ke belakang. Di belakang saya juga terlihat sepeda motor Honda, kemudian Yamaha, Honda, Suzuki, Yamaha, Honda, Yamaha, Suzuki, Honda, Yamaha. Pokoknya semua sepeda motor yang berhenti di sekitar saya adalah buatan Jepang. Termasuk sepeda motor saya tentunya. Di saat kita bangga punya sepeda motor baru. Orang Jepang lebih bangga lagi melihat semua dagangannya laku di Indonesia. Mungkin tiap ada liputan tentang mudik, orang Jepang dengan bangga melihat satu persatu motor buatannya yang memenuhi jalan raya Indonesia. Jepang memang hebat. Hormat kepada saudara tua. Haik !.
Lalu saya kembali menatap ke atas, masih 20 detik lagi lampu akan berubah jadi hijau. Tapi tiba-tiba dari arah belakang ada sepeda motor yang langsung menerobos lampu merah. Lalu beberapa saat kemudian, ada lagi yang nekat menerobos lampu merah. Hebat benar mereka. Ah, tapi mungkin saja mereka memang pembalap atau ada keperluan yang sangat penting atau mungkin mungkin mereka kebelet pengin pipis. Ya sudahlah. Biarlah. Itulah yang terjadi. Kita patut bangga ada orang-orang hebat seperti penerobos lampu merah. Lalu ketika lampu sudah berubah hijau saya segera berlalu meninggalkan bangjo.
sumber gambar : http://forum.vivanews.com
Ads 970x90
Thursday, June 14, 2012
Di Perempatan Bangjo
Arif Rahmawan
Published
June 14, 2012
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)