Kita hidup setiap hari hampir tanpa memahami dunia ini. Kita hampir tidak memikirkan mekanisme yang menghasilkan cahaya matahari, cahaya yang memungkinkan kehidupan, tidak memikirkan gravitasi yang melekatkan diri kita ke bumi.
Kalimat di atas merupakan kata pengantar Carl Sagan dalam buku Riwayat Sang Kala karya Stephen Hawking. Dan sepertinya benar apa yang dikatakan Sagan. Manusia sejak kecil sepertinya hanya melakukan siklus yang monoton. Lahir-sekolah-kerja-menikah-punya anak cucu-mati. Begitu seterusnya. Hal tersebut menjadi kebudayaan dan sepertinya hampir semua manusia di Indonesia setuju akan hal itu.
[caption id="attachment_1493" align="aligncenter" width="300"] Carl Sagan. gambar : brainpickings.org[/caption]
Padahal Ajaran agama dan para ilmuwan seperti Carl Sagan tidak mengajarkan hal-hal yang demikian saja. Ajaran agama Islam, bahkan berkali-kali menekankan kepada umatnya untuk selalu berfikir tentang alam semesta ini. Termasuk di dalamnya mempelajari tentang cahaya matahari, gaya gravitasi dan semua hal yang kita temui sehari-hari di bumi ini.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (Ali ‘Imran: 190)"
Ayat di atas merupakan anjuran bahkan mungkin perintah bagi umat Islam untuk memahami keberadaan alam semesta ini, termasuk dirinya sendiri.
Kita harus mengakui bahwa sesungguhnya pihak yang benar-benar melaksanakan ayat-ayat tersebut justru para ilmuwan. Mulai dari ilmuwan yang mempelajari ilmu biologi, fisika, kimia maupun ilmu astronomi. Meskipun sebenarnya mereka sendiri tidak bermaksud melaksanakan ajaran Islam.
Keberadaan ilmu pengetahuan berasal dari rasa penarasan manusia terhadap berbagai hal di sekelilingnya. Sesuatu yang bagi kita tampak sederhana dan tidak menarik mungkin bagi ilmuwan adalah sebuah hal yang serius yang harus difikirkan. Itulah sebabnya hingga hari ini Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Setiap saat ada pertanyaan yang harus mereka temukan jawabannya. Mereka mengumpulan dana, mendirikan berbagai laboratorium hanya untuk mencari jawaban yang bagi kita tampak sederhana.
Kini, kerja keras para ilmuwan menghasilkan berbagai penemuan yang membantu memudahkan hidup umat manusia.
Tapi doktrin Lahir-sekolah-kerja-menikah-punya anak cucu-mati sudah mendarah daging di Indonesia. Doktrin inilah barangkali yang menjadi cikal bakal korupsi di Indonesia. Meraih kekayaan sebanyak-banyaknya tak peduli melanggar hak orang lain. Tak peduli ajaran agama. Agama sepertinya hanya teori.
Alam Semesta (Universe) ciptaan Allah ternyata begitu luar biasa. Ketika pada suatu malam saya mencoba menyempatkan diri untuk memandang ke atas, kearah langit di mana bintang-bintang bertaburan begitu indahnya. Indah sekali langit malam. Sebuah pemandangan yang teramat istimewa yang barangkali baru saya sadari keberadaannya.
Saat itu pula, saya merasakan sesuatu yang aneh dengan perasaan saya. Lalu muncullah berbagai macam pertanyaan. Untuk apa Engkau menciptakan begitu banyak bintang di alam semesta ini Tuhan?. Apakah untuk menghibur rakyat Indonesia agar selalu berbahagia meski dipimpin dan "katanya" diwakili oleh orang-orang yang suka korupsi. Mungkin saja iya.
Sejuta pertanyaan yang lain barangkali akan muncul, jika kita terus menerus menatap langit malam. Apalagi jika mempergunakan alat bantu seperti Teleskop. List pertanyaan kita akan bertambah lagi satu juta.
Alam semesta adalah sebuah tempat yang maha luas. Sekarang marilah kita mulai menatap alam semesta dari tempat yang paling dekat dengan kita. Bayangkan kita adalah seorang Superman, kita bisa terbang. Pertama, silahkan berubah dulu menjadi Superman. setelah kita berubah menjadi Superman, mari kita keluar rumah. Kemudian kita mulai terbang ke bagian atas rumah kita. Kita akan melihat atap rumah kita.
Jika kita menambah ketinggian akan terlihat atap-atap rumah kita dan tetangga-tetangga kita. Semakin tinggi kita terbang, atap-atap itu akan semakin terlihat mengecil. Atap rumah, bangunan, lapangan bola, jalan raya, sawah dan lautan akan terlihat kecil.
Lalu julurkan dan kepalkan tangan kanan anda, sementara tangan kiri anda berada di depan dada. Biarkan jubah anda berkibar. Terbanglah semakin tinggi. Anda sudah melewati Troposfer, Stratosfer, Mesosfer dan Termosfer. Anda sudah berada di luar bumi tercinta.
[caption id="attachment_1497" align="aligncenter" width="583"]
Di bawah anda terpampang pemandangan menakjubkan, bumi yang berbentuk bulat dan berwarna biru terlihat kecil di hadapan anda. Dihiasi dengan awan yang berarak. Sementara lautnya terlihat begitu indah.
Lalu terbanglah semakin tinggi, Tataplah sejenak ke arah planet Merkurius, Venus dan matahari. Cobalah mendekat. Tapi jangan terlalu dekat ke arah matahari. Lebih baik anda pergi ke arah planet luar, ke Planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Lalu terbanglah semakin jauh tinggalkan planet planet itu, tinggalkan galaksi bima sakti. Akan anda lihat bahwa matahari pun terlihat kecil.
[caption id="attachment_1496" align="aligncenter" width="583"]
Berhentilah sebentar, bumi kita terlihat semakin kecil dan bahkan tak terlihat lagi. Semakin jauh mengembara ke luar angkasa, bumi benar-benar seperti debu yang tidak berharga. Sangat kecil.
Semakin kita terbang menjauh dari bumi, kita akan takjub terhadap keluasan alam semesta ini. Kita akan semakin khusuk menyadari betapa tidak berharganya kita dibanding alam semesta ini. Jangankan kita, bumi tempat tinggal kita pun sama sekali terlihat "tidak begitu penting" di alam semesta ini.
Setelah puas, segeralah kembali ke bumi yang kita cintai ini. Sebuah tempat ciptaan Allah yang begitu indah. Tempat di mana kita lahir, sekolah, bekerja, bernafas, berjalan, makan, minum dan berbagai aktivitas lain yang barangkali tidak akan bisa kita lakukan jika kita tinggal di planet yupiter. Bumi adalah sebuah tempat di mana kita berkumpul bersama keluarga dengan penuh kebahagiaan dan rasa kasih sayang.
[caption id="attachment_1499" align="aligncenter" width="960"]
Bumi juga tempat kita mengukir kenangan indah bersama orang-orang yang kita cintai, siapapun itu. Bumi adalah tempat kita jatuh cinta kepada pasangan kita, keluarga kita. Cinta itulah yang akan mengantar kita kepada cinta dengan alam semesta dan penciptanya. Dan sebaliknya.