Wednesday, October 24, 2012

Masyarakat Labil

Dulu kita hanya mengenal media informasi dalam bentuk media cetak, media televisi dan radio. Tapi zaman telah berubah, sejak keberadaan internet, informasi berkembang tak terkendali. Informasi mengalir deras, seperti air terjun tawangmangu yang terletak di karanganyar. Bukan hanya deras akan tetapi melimpah ruah seperti air laut di Pantai Parangtritis.

Akibatnya, masyarakat pengguna internet yang kurang cerdas megap-megap menerima informasi internet. Bahkan bisa jadi kelelep informasi. Masyarakat yang kurang cerdas ini kita sebut saja dengan istilah masyarakat labil saja.

[caption id="attachment_1565" align="aligncenter" width="300"]Ilustrasi labil. sumber : dudulz.wordpress.com Ilustrasi labil. sumber : dudulz.wordpress.com[/caption]

 

Masyarakat labil adalah sekelompok masyarakat yang masih labil, dalam berbagai hal. Salah satunya adalah dalam hal menerima informasi. Masyarakat labil menerima informasi mentah-mentah tanpa diolah. Jika dia menerima informasi A, maka dia akan menganggap bahwa informasi A tersebut adalah informasi yang valid. Ini berbeda dengan masyarakat yang cerdas. Sekelompok masyarakat cerdas, tidak begitu saja menerima sebuah informasi  yang datang. Tetapi dia akan menganalisis dan timbul pertanyaan, benarkah informasi tersebut?.

Seperti dalam dunia intelijen. Seorang agen intelijen tidak serta merta menerima informasi yang datang. Dia akan melakukan berbagai cara untuk membuktikan, benarkah informasi yang diterima adalah sebuah data yang valid atau hanya sekedar rumor. Jika valid, mereka akan mengklasifikasikan dengan kode A1.

Di era internet ini, masyarakat labil merupakan sasaran empuk bagi media dan pihak pihak yang hanya ingin membuat kehebohan di internet. Sebagai contoh, pada saat kerusuhan di Rohingya. Saat itu di media sosial beredar foto-foto yang seolah-olah menggambarkan ribuan orang yang berbaring seolah-olah mereka adalah korban meninggal.

Bagi masyarakat labil, tanpa pikir panjang akan membenarkan informasi tersebut. Meskipun dalam kenyataannya, akhirnya diketahui bahwa foto tersebut bukanlah foto pembantaian di Rohingnya.

Lalu pada saat awal-awal internet baru masuk ke Indonesia. Pernahkah kalian mendengar informasi tentang produk Coca Cola yang dianggap sebagai pembersih toilet. Masyarakat labil, sekali lagi tanpa pikir panjang akan menganggap informasi tersebut valid. Padahal dalam kenyataannya, informasi tersebut tidak benar. Silahkan cek sendiri melalui google

Kemudian, ada juga berita tentang ditemukannya fosil kaum ad. Dilengkapi dengan bukti foto. Lagi-lagi , masyarakat labil menjadi korban informasi. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata foto tersebut adalah hasil edit photoshop !.

[caption id="attachment_1564" align="aligncenter" width="387"]hoax fosil kaum ad hoax fosil kaum ad[/caption]

Itulah yang disebut hoax. Masyarakat labil menjadi santapan empuk berita-berita hoax yang bersliweran di internet.

Selain menjadi korban berita hoax, masyarakat labil kerap kali menerima informasi dari media tanpa pikir panjang. Informasi biasanya berawal dari berita di berbagai media.  Media juga seperti manusia, Ketika memberitakan sebuah informasi tentu ada unsur kepentingan dari pemilik media. Sebuah media akan berusaha menggiring dan membentuk opini masyarakat sesuai dengan kepentingan media tersebut.

Masyarakat labil lagi-lagi menjadi sasaran empuk, dengan mudah opininya akan sama persis dengan opini yang coba dibentuk oleh sebuah media. Parahnya, dengan keberadaan sosial media semacam facebook atau twitter opini tersebut disebarkan tanpa pikir panjang. Mereka tidak berusaha mencari tahu kebenaran informasi tersebut.

Simak contoh, tentang kasus pemukulan yang katanya dilakukan oleh Prajurit TNI AU di Pekanbaru terhadap wartawan. Perlu kalian ketahui, media dan wartawan adalah orang-orang profesional yang pandai membuat berita dan membentuk opini masyarakat. Maka lahirlah sebuah informasi yaitu "wartawan telah dianiaya oleh Prajurit TNI AU".

Lagi-lagi masyarakat labil tak peduli usia maupun pendidikannya akan segera menyambar informasi tersebut tanpa melakukan pengecekan informasi. Apalagi ditambah foto yang semakin menguatkan berita. Kemudian masyarakat labil ini menyebarkannya di sosial media yang ujung-ujungnya mendiskreditkan TNI AU.

Tapi berbeda dengan masyarakat yang cerdas. Dia tidak serta merta menerima kebenaran informasi tersebut. Dia akan bertanya benarkah wartawan dipukul oleh seorang Prajurit TNI AU?. Bertanya bagaimana peristiwa itu terjadi?. Apakah ada sebuah sebab, hingga terjadi peristiwa itu. Dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Itulah masyarakat labil. Menjadi tugas para masyarakat yang lebih cerdas untuk memberikan pemahaman kepada mereka, agar masyarakat labil tidak begitu saja menjadi korban media dan menjadi korban hoax (informasi palsu).