[caption id="attachment_1614" align="alignleft" width="202"] Gadis jeruk cover. sumber : http://bukuygkubaca.blogspot.com[/caption]
Judul : Gadis Jeruk
Penulis : Jostein Gaarder
Penerjemah : Yuliani Lupito
Penerbit : Mizan Pustaka
Cetakan : Oktober 2011 (Gold Edition)
Tebal : 254 hlm
Jujur saja, sebelum membaca novel berjudul Gadis Jeruk saya sudah lupa bagaimana rasanya membaca novel terjemah. Terakhir saya membaca novel terjemah pada tahun 1990an.
Dan selama ini saya lebih suka membaca novel karya penulis Indonesia. Itupun dalam sepuluh tahun terakhir sepertinya hanya ada tiga novel yang pernah saya baca, yaitu Si Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar, Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto dan Nagasasra Sabuk Inten karya SH. Mintardja.
Lalu mengapa tiba-tiba saya tergerak untuk membaca novel berjudul Gadis Jeruk karya Jostein Gaarder ini?. Karena, ketika saya secara tak sengaja membaca resensi buku Novel Gadis Jeruk ada hal yang sangat menarik bagi saya. Yaitu tentang alam semesta, keberadaan manusia dan Teleskop Hubble. Bagi saya, sebuah novel bercerita tentang teleskop hubble adalah hal yang sangat aneh.
Pada awalnya hanya hal itulah yang menarik.
Tapi setelah saya membuka lembar-demi lembar halaman buku, mulai dari halaman satu sampai halaman dua ratus lima puluh dua, saya menemukan hal lain yang tidak kalah menarik, yakni hubungan cinta, kasih sayang, orang tua dan keluarga.
Secara mengesankan, Jostein mengajak pembaca untuk menjelajah masa lalu sang ayah sekaligus kondisi keluarga setelah sang ayah meninggal dunia.
Novel ini diawali dengan kisah seorang anak berusia 15 tahun yang sedang membaca sebuah surat wasiat dari sang ayah yang meninggal pada saat dia berusia 4 tahun.
Surat wasiat itu pun sebenarnya hampir dilupakan, hingga baru 11 tahun berikutnya surat itu ditemukan. Dan barangkali ini memang sudah direncanakan oleh ayah sang anak.
Sebuah surat wasiat yang lebih mirip dengan sebuah novel yang bercerita tentang seorang gadis jeruk.
Sang ayah menceritakan bagaimana kisah cintanya semasa masih muda dengan gadis jeruk. Mulai dari bagaimana kisah pertemuannya yang tidak disengaja. Kemudian Perjuangannya untuk berusaha bertemu kembali dengan gadis jeruk, hingga dia harus berkali-kali datang ke tempat di mana dulu mereka pernah bertemu atau menunggu di berbagai tempat di keramaian.
Dalam surat wasiatnya, sang ayah tidak hanya bercerita tentang bagaimana kisahnya dengan sang gadis jeruk yang sungguh romantis, tapi dia juga bercerita tentang Teleskop Hubble. Sebuah teleskop yang diletakkan di ruang angkasa yang bertugas mencari informasi tentang alam semesta yang maha luas.
Sang ayah juga mengatakan dalam surat wasiatnya tentang betapa fenomenalnya penemuan Teleskop Hubble.
setelah berusia hampir 15 miliar tahun, barulah alam semesta mendapatkan alat yang begitu fundamental seperti mata untuk melihat dirinya sendiri (hal 186)
Ya, dalam novel ini justru banyak hal religius yang ditampilkan dengan kemasan sains, sehingga pembaca perlu berkali-kali merenung tentang siapakah manusia itu sebenarnya, apa tujuan hidupnya di bumi ini.
Dalam novel tersebut, Jostein Gaarder juga berhasil menyelipkan pengetahuan tentang sains dan alam semesta di sela-sela kisah tentang hubungan cinta dan kasih sayang dalam sebuah keluarga. Atau bisa jadi sebaliknya.
Pengetahuan tentang sains dasar adalah hal yang seharusnya wajib bagi setiap manusia yang tinggal di bumi ini. Minimal dia tahu bahwa keberadaan dirinya di dunia ini sangat singkat. Ini adalah fakta yang seringkali dilupakan oleh banyak orang.
Kepiawaian sang penulis-Jostein Gaarder yang juga penulis Dunia Sophie dalam hal novel fiksi ilmiah memang sudah tidak diragukan lagi. Jadi novel ini sangat layak menjadi koleksi di rak buku di rumah kalian. Terutama bagi kalian yang menyukai novel fiksi ilmiah.
Ads 970x90
Thursday, November 8, 2012
Gadis Jeruk
Arif Rahmawan
Published
November 08, 2012
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)